Penampilan ciamik yang dipertunjukkan oleh para pemain Timnas U23 diajang Seagames XXVI memberikan kesan yang mendalam bagi supporter fanatic diseluruh tanah air, riuhnya stadion Gelora Bung Karno adalah wujud pembuktian atas kualitas mumpuni yang dimiliki oleh para punggawa Timnas U23. Fase kekalahan saat melawan Malaysia 0-1, memberikan pelajaran tersendiri bagi Coach Rahmad Darmawan untuk tidak kecolongan dan tersingkir dari ajang Sea Games XXVI, dan pembuktian tersebut terjawab sudah, duel di 90 menit waktu normal dengan jatuh bangunnya sang Garuda Muda ternyata tidak sia-sia, skor fantastis 2-0 untuk kemenangan Indonesia contra Vietnam.
Kemenangan atas Vietnam di fase Semi final sudah selayaknya jikalau para penggemar sepak bola tanah air melakukan standing applause dan angkat topi untuk penampilan dari andilnya trio Mutiara Hitam yang dipercayakan sebagai ujung tombak dalam menembus pertahanan lawan. Tibo (Titus Bonai), pemain bernomor punggung 25 yang kerap melakukan aksi-aksi individu, memiliki pergerakan dinamis, kecepatan dan akselarisi tak terduga serta dengan ketajamannya berhasil mengecoh penjaga gawang Vietnam dengan bersarangnya gol kedua melalui sontekkan kaki nya. Patrich Wanggai, striker plontos dengan ketajamannya dan kejeliannya membungkam optimisme kubu Vietnam untuk melenggang ke babak final, setelah lesatan dari tendangan bebasnya tidak berhasil dijangkau oleh kipper. Dan Okto (Oktavianus Maniani) simungil nan cepat selalu tersenyum dengan aksi menawan dan umpan-umpan matangnya kerap merepotkan barisan pertahanan lawan. Walau ketiganya tak setampan Irfan Bachdim namun dilapangan mereka adalah Trio Mutiara Hitam yang selalu dinantikan oleh para penggila sepak bola. Keputusan untuk memberikan kepercayaan penuh pada trio Papua oleh coach RD dengan penuh loyalitas ketiganya mampu menunjukkan permainan sepak bola indah, attraktif,dan energik. Kompak dan berjiwa fighter adalah gambaran bahwasannya kwalitas dari ketiganya memang layak untuk disandingkan dilini depan tim Garuda Muda.

Tampil dengan greget masing-masing, ketiganya juga memiliki karakter yang berbeda-beda saat berada dilapangan hijau. Kendati berasal dari daerah yang sama namun kebiasaan yang dimiliki drastic berbeda, untuk Tibo sendiri, di saat-saat timnya buntu dan sulit untuk menjaringkan gol ke gawang lawan atau dirinya sendiri belum jua melesatkan koleksi golnya, maka ritual anehnya kerap dilakukan yakni dengan menggoyang-goyangkan jaring gawang lawan. Tak hanya itu selebrasi khas ala jogged Tibo merupakan aksi pelengkapnya dilapangan Hijau saat sukses membobol gawang lawan. Okto sosok pemain yang memiliki postur tubuh mungil selayaknya Lionel Messi dengan lenggoknya, ia selalu menunjukkan jiwa seorang fighter lapangan hijau sejati. Pantang menyerah dan tidak pernah puas dengan pundi-pundi gol yang disarangkan ke gawang lawan, dan kebiasaan khasnya yang senantiasa disukai oleh para penggila bola ditanah air adalah senyum khas ala Okto. Seperti apapun perlakuan yang diberikan ia senantiasa bertindak sportif dan fair play terhadap lawan. Patrich Wanggai adalah sosok dingin dengan kejelian dan kecepatan serta kombinasi kaki kiri yang mematikan selalu menjadikan kubu lawan menjadi waspada saat ia berada di areal kotak finalti. Dan untuk Patrich sendiri yang menjadi khasnya adalah selebrasi saat mencetak gol. Kecintaannya terhadap garuda ia tunjukkan dengan kerap mencium logo sang garuda.Selebrasi demi selebrasi belumlah serasa komplit, sebab didepan kembali sang harimau akan menghadang sang Garuda untuk terbang memboyong medali emas. Aksi-aksi mematikan dari lini depan trio mutiara hitam Papua kembali dinantikan dipartai Final. Partai sarat akan gengsi dan dendam merupakan tontonan yang dinantikan oleh masyarakat ditanah air. Kami tunggu aksi-aksimu sang Garuda Muda. Ayo..Indonesia Bisa dan Indonesia pasti menang.


Libas ntar tu Malaysia..permalukan abis bro..
BalasHapusKami Trio Papua Lover....menanti aksimu Okto CS. keep fight...bw medali emas dan rebut gengsi tanah air kami dari Malaysia.
BalasHapus