Laman
advertisement
link
Senin, 08 Februari 2010
Melirik Sensasi Generasi Hijau Ditepian Lampu Merah
Kehadiran komunitas ini sudah ada sejak lama dan cenderung mendapat stigma negatif dari tiap sorot mata yang memandangnya. Dalam keseharian yang dilakukan mereka opini yang ada juga tidak berbeda jauh dan yang membuat tak habis pikir hingga sekarang justru mereka tetap exsis. Komunitas yang memiliki label funk ini malahan lebih santun dalam mendulang koin dibanding dengan profesi yang sejenis dengan mereka Notabene jalanan yang menjadi rumah bagi mereka sepertinya memberikan pengalaman hidup berbeda jauh dengan para generasi biru. Diawal saat memandang pola hidup dan life stylenya komunitas ini bertutur dalam hati mengapa mereka rela menjadikan dunia muda mereka seperti tidak tak bermakna.Namun justru keseringan menyaksikan mereka opini yang tadinya rada sentimen menjadi memaklumi dengan apa yang mereka lakukan namun juga tidak membenarkan tapi apapun itu..inilah realitanya. Generasi muda yang saat ini ada cenderung bak robot yang pure harus dikendalikan wahana akademis hanya pelengkap dalam menjalani penuaan usia dan bukan hanya itu dunia akademis sendiri tidak begitu banyak andil dalam menempa para generasi muda. Bahkan politisi mengubah tatanan sosial yang ada menjadi carut marut. Dalam publikasi kali ini cenderung saya tidak menyalahkan ataupun membenarkan namun lebih kepada merasa prihatin dan justru keprihatinan yang ada malah berbuah ketidak berdayaan. Betapa tidak dominasi hidup untuk uang begitu deras bahkan menghanyutkan nilai peradaban yang luhur dan baik. Dominasi hidup ya uang membuat begitu rentan dan melahirkan dominasi rutinitas yang nggak ada batas.Lantas apakah tindakan yang dilakulan oleh komunitas tersebut salah dan stigma aneh harus jatuh pada siapa?. Sensasi yang dilakukan oleh paradigma komunitas funk ada bentuk makar dari peradaban live 4 money.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dan saran ditunggu dari yang hanya singgah atau membaca