Seruputan secangkir kopi saat bercengkrama dimalam kamarin lalu begitu menghentakkan dadaku dan anganku juga melayang seiring penuturan tentang masa pahit mapun masa kebangkitan si bapak ini, biar kata umur sudah plus-plus alias ujur dan rambut sudah meradang putihnya tapi jika ditanya semangat beliau sepertinya tidak ada habis-habisnya, semangat jiwa sosial dan kebersamaannya sudah tidak diragukan lagi terlebih jika disinggung kontribusinya terhadap para difabel atau para tunadaksa, atau maaf kata para mereka yang mengalami kecacatan. Miris, resah, gelisah, kasihan atau galau bila melihat pemandangan keseharian saat melintas di persimpangan jalan raya dibawah lamu merah yang justru mengekploitasi kecacatan untuk mengundang iba, kasihan yang justru nantinya berakhir pada donasi bagi yang mau memberikan sumbangan tentunya. Jika ditanya pakah salah yang dilakukan oleh mereka, ya tentunya siapa yang mau menyalahkan, toh memberi atau tidak kita nggak dipaksa, jika ada receh lebih ya diberi namun jika ga da recehan lebih gepokan lebih juga boleh dikasih.
Tapi tidak buat sibapak 4 anak ini, kendati harus mengalami kecacatan saat duduk di sekolah dasar beliau pantang menyerah bahkan justru tampil sebagai motivator bagi saudara-saudaranya. Cibiran dan pandangan sebelah mata yang dialamatkan kepadanya justru adalah sebuah motivasi bak gelombang laut yang menghantam karang kemalasan untuk sekedar berharap belas kasihan.Berbuat dan berbuat itulah gambaran dari hidup yang ia lakoni. Menjadi tulang punggung keluarga disaat belia sudah lebih dahulu ia rasakan, karena ia sendiri sudah tidak merasakan belaian kasih sayang ayah tercinta sejak ia kecil, ia hidup bersama Ibunda tercinta dan saudara yang jumlahnya juga lumayan banyak, maklum dahulu singkatan KB belum populer jadi dimaknai dengan istilah Keluarga Besar tapi bahagia.
Sama seperti para difabel lain yang juga dipandang sebelah mata dan kesulitan saat mengakses fasilitas publik karena juga fasilitas publiknya memang terbilang minim dan tidak ada bagi mereka maklum trotoar jalan buat pejalan kaki saja sudah habis buat dijadikan lapak pedagang, belum lagi disaat jam sibuk alias macet, sepeda motor menggalas habis tu trotoar. Berawal dari pandangan sebelah mata justru menempa karakter beliau menjadi seorang militan yang tidak berputus asa akan rahmat dari Allah, baginya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum tanpa kaum itu sendiri yang berupaya dan berusaha untuk merubahnya.Inilah sebenarnya yang menjadi cambuk inti dari perjalanan hidup beliau.
Bahkan didunia olahraga Sumatera Utara para kalangan pemerhati olahraga tidak meragukan lagi akan sepak terjang beliau. Pak Adi adalah sapaan akrabnya itulah nama bila pada masa kejayaan beliau sebagai pengurus BPOC SUMUT saat aktif dulu. Rating provinsi Sumatera Utara yang pada awalnya hilang dari peta olahraga para diffabel tingkat nasional seiring dengan masa kepengurusan beliau menduduki singgasana Ketua Umum berhasil menorehkan serangkaian prestasi manis, para kaum diffabel yang berpadangan datar terhadap nasib hidup mereka terbangkitkan akan semprotan dan bakaran dari motivasi pak Adi, awal sulit sebagai atlit berkat gebrakan beliau mulai tercerahkan, dan saat ini Sumut telah memiliki atlit diffabel kelas internasional yang sudah malang melintang mengalungi medali, sebut saja Alan Sastra Ginting, gemblengan bos Adi. Tapi ya sudahlah namanya juga umur pohon aja juga berhak untuk tumbuh berbuah dan menua seperti itulah juga perihal kehidupan manusia.
Cukup sepertinya berbicara seputar olahraga yang sudah lama ditinggalkan beliau dikarenakan faktor usia, udah capek aktif ngurusi olahraga. Tapi ya sudah emang dasarnya watak pekerja keras tertanam dalam kehidupan beliau, ia malah tidak berhenti untuk berbuat dan berbuat. Usai di olahraga malah ia berkecimpung dalam irama Yayasan Sosial yang diprakarsai olehnya juga yakni Yayasan Penyandang Cacat PENCA KURNIA. Yayasan sosial yang bertujuan memberdayakan para diffabel dalam bidang ekonomi saat ini telah menjadi salah satu mitra PERTAMINA dalam melakukan penyaluran Gas LPG ke masyarakat. Dan dalam hal ini beut beliau juga tidak kalah seru, walau beliau adalah salah satu agen besar penyalur LPG di wilayah kota Medan, tetap saja etos kerja keras dan tidak pernah puas dalam memberikan pelayanan maksimal terus dilakoninya, lihat saja foto yang ada pada postingan blog ini. Jika ada yang bertanya bisakah saya membawa muatan gas LPG dengan sepeda motor yang jumlahnya seperti gambar yang difoto tersebut terus terang saya jawab TIDAK, karena memang untuk melakukan hal tersebut hanya mereka yang sudah profesional dan mahir. namun bukan pak Adi namanya jika pantang menyerah, buat urusan membawa kendaraan dengan lengan satu dialah bintangnya. Bermula dari jaman dahulu merintis bisnis sebagai loper koran dengan bawaan seabreg-abreg telah dilakukannya, bahkan dipagi hari saat ia mengantarkan koran ke lokasi perumahan-perumahan yang didominasi oleh etnis Tionghoa pada masa itu, sengaja warga meluangkan waktu buat melihat atraksi beliau, tentu gambaran bayangan anda sama seperti yang saya bayangkan saat beliau bertutur, lengan satu trus koran dicampakkan kerumah-rumah dengan keadaan bersih, bahkan ada dilantai dua lagi ada yang berlangganan koran, saya bilang keren habis lah.
Inilah gambaran motivasi dari beliau yang tidak pernah lelah untuk berbuat dan berbuat untuk khalayak ramai terutama para diffabel, belia dalah rujukan dan bisa dikatakan ikon diffabel SUMUT, seandainya abang, maupun ayahanda di Pemerintah sana mau melihat lebih jauh lagi mengenai kehidupan masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dan saran ditunggu dari yang hanya singgah atau membaca