Laman

advertisement

link

Sabtu, 29 Oktober 2011

Copy Paste...why Not

Belajar adalah fase dimana seseorang memperoleh pengalaman-pengalaman dari apa yang dilaluinya dan sebagai ouputnya proses belajar melahirkan pemahaman mengenai ilmu pengetahuan yang digeluti oleh seseorang. Namun dalam prosesnya cenderung belajar didefenisikan sebagai proses instan untuk tahu, bukan penekanan pada pengalaman belajar itu sendiri.
Dalam beberapa kasus banyak orang tua yang mengeluhkan kok anak saya yang sudah duduk di kelas berapa..."' belum bisa baca, kok belum bisa menulis, atau kok nilai matematikanya ga pernah bagus dan segudang permasalahan yang ada dan kerap kali melahirkan dilema-dilema tersendiri bagi anak atau siapa saja. Dan tidak pelak lagi balutan permasalahan tersebut melahirkan konsekuensi tersendiri, sebab dengan segala tuntutan yang ada cenderung melahirkan dinamika ala COPY and PASTE, atau bahasa lainnya nyontek, jiplak, and many more lah.
Bukankah pengalaman sejatinya adalah guruyang paling berharga, lantas demikian mengapa prioritas belajar harus berjibaku dengan standar-standar nilai yang tidak masuk akal untuk diperoleh. Statuta nilai ketika duduk di bangku sekolah dalam satu sisi memang cenderung dibutuhkan atau dengan kata lain harus. Sebab pada prosesnya nilailah yang jadi jawara penentuan prestasi siswa, namun nilai juga tidak bisa menjadi acuan dalam hal menilai bakat atau daya kreativitas seorang peserta didik. Dan untuk hal ini banyak sekali yang sudah give up alias menyerah untuk memperoleh nilai bagus malah banting stir memutuskan untuk tidak kembali ke bangku sekolah dan mencoba hal yang diminatinya, malah terbukti mujarab, lihat saja sejarah dengan beragam goresan tinta emas yang telah diukirnya banyak para seniman, birokrat, penemu atau para pakar ekonom sendiri justru lahir dari dunia non formal.
Lantas dengan demikian bukan bermaksud untuk mengenyampingkan pentingnya dunia pendidikan formal, pastilah sudah barang tentu pendidikan formal begitu penting, namun yang lebih ditekankan bagaimana kita lebih realistis bahwasannya segala macam disiplin mengenai ilmu itu tidak serta merta dipatokkan dengan angka hitam, biru atau merah, sebagai indikator keberhasilannya.
Copy and paste, jika dalam dunia ketik mengetik dengan Microsoft Office Word hal tersebut sudahlah lazim dan barang tentu pada penggunaanya memang tidak pernah lepas dari langkah-langkah tersebut. Lantas bila teknik ala copy and paste digunakan dalam praktek belajar apakah diperbolehkan. Sedikit dulu diabaikan mengenai baik atau burukkah memiliki perilaku copy and paste. Dalam satu sisi jika copy buat DVD lagu atau musik ya pastilah merugikan bagi si empu hak cipta. Betapa tidak untuk membuat karya cipta pastilah segala ikhtiar dilakukannya jadi wajar bila ada yang merasa keberatan.
Namun dalam proses belajar untuk TAHU sesekali perilaku Copy and Paste terkadang perlu untuk dilakukan, dalam artian konteks yang dinilai adalah usaha untuk menjadi tahu. Jika saja hal ini dilakukan dengan membuang efek negatif yang ada pada trik ala copy paste tentulah sejatinya belajar yang merupakan proses untuk menjadi tahu semakin lebih variatif. Untuk meng copy saja misalnya, agar terlihat hasil copy yang dibuat tidak seratus persen mirip dengan aslinya maka individu yang melakukan kegiatan tersebut harus memahami proses bagaimana meng copy yang baik. Misalnya seorang ahli atau pakar mengeluarkan buku dengan tema tertentu lantas ada orang lain yang berkeinginan untuk membuat karya tulis lantas ia mengcopy beberapa halaman dari buku si pakar tersebut, maka hal ini adalah wajar sekali karena pada prinsipnya ia belum ahli dan cenderung harus mengutip pendapat sang ahli dengan mengkopi ucapannya, dan di akhirnya ia mampu untu mempastekannya dalam konsep yang berbeda dari sumber yang sebelumnya diutarakan oleh sang ahli tadi.
Karena belajar adalah proses dan dalam berproses cenderung begitu banyak dinamika yang dilalui yang terkadang ada saja hal-hal tersurat dan tersirat, bergantung bagaimana untuk dapat mensikapinya, menjadi pintar adalah salah satu output belajar namun pintar tidak harus selalu diartikan dengan memiliki angka-angka prestasi yang setinggi langit. Belajar bukanlah bak balapan seperti Valentino Rossi dengan Stoner yang ujung-ujungnya Marco Simoncelli tewas di lintasan, ga nyambung ya....tapi belajar adalah proses untuk menjadi tahu dan bukan perkara cepat atau lambatnya namun bagaimana proses tersebut melahirkan beragam disiplin mengenai ilmu yang hendak dipelajari.

Sekilas Info: Untuk blog ataupun situs yang menyajikan materi seputar bagaimana seharusnya belajar berikut situs lain yang juga layak di kunjungi:

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan saran ditunggu dari yang hanya singgah atau membaca